Monday, June 27, 2011

SUPERSTAR AWARDS 2011

KATEGORI:

1. Best blog tentang NSG STAR
2. Best video tentang NSG STAR
3. Best style dari kaos Saya Superstar/We Are Superstar/NSG STAR/Indonesia Stand Up.
4. Best vocal dari cover lagu NSG STAR
5. Best Superfriend of Superstars (King)
6. Best Supergirlfriend of Superstars (Queen)

Persyaratan:

Semua kategori baik blog maupun video, style, vocal harus kirimkan link-nya ke nsgstarmusic@gmail.com dan pasang di wall fanpage NSG STAR.

Untuk kategori Superfriend/Supergirlfriend, harus sudah terdaftar di FB Sayasuperstar dan @sayasuperstar, dan mengajukan diri via nsgstarmusic@gmail.com. Nanti akan ada voting di fanpage. Pemenangnya yang mendapat vote paling banyak.

Hadiahnya:

Free ticket dan VIP pass untuk mini konser NSG STAR di bulan November.

Hasilnya akan di umumkan tanggal 30 Juli di #NSGSTARYOUTUBE video

Selamat Ulang Tahun Gege





Haiyaaaa, Ka gege ultah nih yang ke berapa yaaa.. hihihi


Nih mau lihat video nya?

#HBDGEGENSGSTAR PART 1
http://www.ustream.tv/recorded/15589407

#HBDGEGENSGSTARY PART 2
http://www.ustream.tv/recorded/15589539

#HBDGEGENSGSTAR PART 3
http://www.ustream.tv/recorded/15589625


#HBDGEGENSGSTAR piknik di NTT kampung Gege


Ayoo potong kue nyaa

23 Juni 2011 - Pensi SMA Diponegoro

23 Juni 2011 jam 14:00
SMA Diponegoro - Rawamangun Jakarta Timur

Pre-Stage Briefing

Lagi nyanyi Rapuh
Tebak lagi nyanyi apa?


Mencintaimu

22 Juni 2011 - Inbox SCTV -

Di inbox edisi ulang tahun jakarta ini mereka silat gitu deh. yaa pokonya mah keren banget deh

Mau lihat video nya? klik INI

The Equation (Thank You Video)

Ini bukan MV asli nya, ini MV terimakasih untuk Superstar karna dulu NSG Star pernah janji kalau fb mereka udah di like 40.000 mereka bakal buat MV The Equation. Dan inilah diaa

Marvin's Room Remix (Cover)

Video



Lirik

Hallo...
Hallo Ryan ,aku tau ini kamu kan?
Iya nih ini pasti kamu
Kamu mau ngomong apa sih?

Jangan diem aja dong.

Tiga hari sudah gue ga bisa tidur
Semua dah gue coba
Sekarang lo dengerin gue
Selingkuhan lo itu
Pacar lo yang baru
Ga pantes banget
Buat jadi pelindung lo

Mampus aja cowok lo itu
Emang dia ga macho seperti gue
Mampus aja cowok baru lo itu
Semua tau dia lebay ga kayak gue

Maksud lo apa ?
Ga bisa apa lo cari yang bagusan
Lo putusin gue buat yang begituan
Gue tau ,lo mabok ya ?
Ngaku aja deh lo tiap barengan dia
Lo pasti slalu keinget ama gue

Kemaren gue jalan
Ada temen-temen lo
Genk matre yang pada nyengir
Pasti dah BBM-in lo

Ya gue emang keren
Ada yang ngajak kenalan
Gue mau kirim fotonya
Biar lo inget yang lo singkirin

Mampus aja cowo lo itu
Emang dia ga ngaco seperti gue
Sumpah dia bakalan ninggalin elo
Seperti lo udah ninggalin gue

Udah puas ? ga penting banget deh lo !!
Ga bisa apa lo cari yang bagusan
Daripada gitu mendingan ga pacaran
Mungkin lo fikir bisa cari pengganti
yang seperti gue tapi itu ga mungkin
ga mungkin..ga mungkin..ga mungkin

Kalo lo fikir gue sedih putus dari lo
Lu fikir gue ga bisa dapet pacar yang lain
Gue lebih macho dari cowo baru lu itu
Banyak duit gue yakin dia playboy
Nanti juga lo ditinggalin
Minta balik gue udah punya cewek

( It's too late too late too late )
Kau telah menghancurkan
Apa kau tlah lupakan
( Tapi kau sudah lupa tentang cinta )
Kau telah menghancurkan
Apa kau tlah lupakan

Tuesday, June 14, 2011

12 Juni 2011 - Jakarta Convention Center (JCC) - Closing Exhibition Indonesia Cell and Computer Set

The Story So Far

Berikut ini adalah Video yang menceritakan bagaimana para member menurut member lain, dan bagaimana mereka bisa jadi bagian dari NSG Star


Sunday, June 12, 2011

NSG Star - Album Preview


12 Juni 2011 - Hip Hip Hura SCTV -

Di Hip Hip Hura ini, NSG Star bawain 2 lagu. yang pertama mix we are superstar dan disampingku, plus tari pendet dan tari saman. Pokonya keren!! Silahkan lihat

Nah, yang ke dua NSG Star bawain lagu Rapuh. Silahkan dilihat ^_^

Thursday, June 9, 2011

Twitter

Twitter resmi NSG Star
@
Twitter resmi team NSG Star
@
Twitter resmi Superstar

@sayasuperstar
Twitter resmi Blog

@nsgstarmix
Twitter resmi Forum
@nsgstar_forums
Twitter asli Gantar
@GantarNSGSTAR
Twitter asli Gege
@
Twitter asli Dycal
@DycalNSGSTAR
Twitter asli Anggara

Tambahan :
Twitter asli Surya Lee
Twitter asli Ryan
Twitter asli Gahara
@
Ini adalah Twitter fansbase dari NSG Star

Banten : @
Jakarta : @
Jawa Barat : @
Jawa Timur : @superstarjatim
Bali : @superstarBALI
Singapore : @
Medan : @superstarmedan
Palembang : @superstar_PLBG
Tanggerang : @
Bekasi : @superstar_BKS
Depok : @superstardepok
Bogor : @
Garut : @superstargarut
Semarang : @superstar_SMG
Madiun : @superstarMADIUN
Surabaya : @
Makassar : @superstar_mksr

Baca Juga Cara menjadi Admin Superstar Regional

MENGGAPAI LANGIT - Part 2

-Gege-


Gege menatap topi kuning di tangannya. Tepat setahun yang lalu ia kehilangan separuh hatinya. Dan bukan oleh pengkhianatan, tapi oleh sesuatu yang lebih kuat dari itu. Ia menatap ke arah jendela. Ada kemarahan yang muncul kembali dan harus dibuang keluar sana. Tapi kemarahan itu masih tetap ada. Gege bangkit dari duduknya dan dengan cepat membuka jendela.

“Kamu pikir kamu siapa?!!”

Suara pria itu begitu keras hingga menusuk jantungnya. Aku siapa? Aku memang bukan siapa-siapa. Aku cuma seorang pemuda yang mencintai anak Bapak...

“Kamu tidak pantas buat anak saya!!”

Gege menarik nafas dalam-dalam. Tidak ada yang pantas untuk mendampingi anak Bapak yang begitu indah... Tidak juga aku memang.

“Jangan pernah muncul di hadapan saya!! Atau saya akan bunuh kamu!!”

Lalu wajah seorang gadis muncul di benaknya. Seorang gadis dengan senyuman yang paling indah yang pernah ia lihat. Dengan suara manja setiap memanggil namanya. Dan kemudian wajah pucat dengan mata yang menyala-nyala.

“Jangan tinggalin aku Kak Gege... Aku nggak bisa hidup tanpa Kak Gege...”
“Kamu bisa Gina...”
“Enggak, aku nggak bisa. Aku yakin, kalau Kak Gege tinggalin aku, aku bakalan sakit lagi...”
“Kamu jangan ngomong begitu dong. Kamu pasti bakalan sembuh. Kamu harus sembuh, yah?”
“Kak Gege harus janji... Apapun yang terjadi, Kak Gege nggak bakalan tinggalin aku...”
Gege menatap Gina dengan lembut. Ingin sekali rasanya memeluk gadis itu erat-erat, tapi tubuhnya yang ringkih begitu rapuh, membuat Gege takut melukainya.
“Aku nggak akan tinggalin kamu.”
“Janji...!” ucapnya setengah merajuk.
Gege mengangguk.
“Kalau nggak diucapin, itu belum jadi janji.” tuntutnya lagi.
Gege menghela nafas, “Iya. Aku janji. Aku nggak akan tinggalin kamu.”
Dan kini Gina memeluk Gege erat-erat.

“Sekarang, aku mau Kak Gege nyanyi.” ujarnya sambil melepaskan pelukannya. Gege tersenyum.
“Masak aku nyanyi disini? Ini rumah sakit Gina.”
“Emangnya kenapa? Kalau di rumah sakit, nggak boleh ada hiburan? Ayo Kak. Pasti pasien-pasien yang lain bakalan senang lihat Kakak nyanyi sambil nari...!”

Lalu Gina bangkit. Dengan penuh kekhawatiran, Gege mendampingi Gina yang kelihatan begitu kurus dan begitu ringkih, berjalan menghampiri meja stereo yang ada di ujung ruangan. Untungnya Gina memiliki seorang ayah yang kaya raya, hingga dengan kuasanya, ia bisa merubah bangsal yang tadinya begitu mengerikan, jadi sebuah ruangan yang penuh dengan kehangatan, warna warni bunga, satu rak CD dengan beraneka ragam musik, tempat semua pasien-pasien bisa bercengkrama, menari dan menyanyi.

Disanalah pertama kali Gege bertemu dengan Gina. Ketika itu First Dance, kelompok dance tempat Gege bernaung, dipanggil oleh sebuah event organiser untuk menjadi pengisi acara ulang tahun anak seorang CEO yang sedang dirawat di rumah sakit itu. Regina namanya. Usianya baru 16 tahun, yang seumur hidupnya harus selalu melakukan cuci darah tiap sebulan sekali.

Saat itu Gege datang lebih dulu sebelum yang lainnya datang. Sambil menunggu, Gege menyalakan musik dari handphonenya, dan ia mulai menari. Ia berputar, melompat, berguling dan melompat lagi. Ketika ia menari, ia tak merasakan apa-apa kecuali bahwa hatinya bahagia. Karena itu Gege tak menyadari kalau ada sepasang mata yang sedang mengamatinya.

Gege baru menyadari kalau Regina ada ketika tiba-tiba dirinya terjatuh, dan ada suara seseorang memekik di sudut ruangan. Gege menoleh. Disitulah ia melihat Gina pertama kali. Gadis yang begitu indah, kulitnya putih, rambut ikal yang panjang menutupi dadanya, wajah yang pucat tapi punya mata yang menyala-nyala. Saat itu juga ia tahu kalau ia jatuh cinta.

“Kakak nggak papa?” ujarnya. Suaranya lirih dan begitu menyenangkan. Gege tak mampu menjawabnya. Rasa sakit apapun hilang seketika saat ia mendengar suaranya.

Mereka berkenalan dan baru kemudian Gege mengetahui kalau Regina adalah gadis yang sedang berulang tahun itu.

“Gila lo Ge, naksir sih naksir, tapi cari cewek yang selevel dong sama elo.” ujar Mike, sahabat Gege. Gege terkekeh.
“Gue nggak kenal level-level cinta Mike. Gue suka ya suka aja. Kalo dia suka yaudah. Dia suka, ya jadian.” ujarnya santai.
“Ya tapi lo juga mesti sadar diri Ge. Banyak banget perbedaannya antara elo sama dia. Dia anak orang kaya, lo anak orang gak punya. Lo mau makan aja mesti kerja dulu, dia cuci darah aja di VIP, man. Lo hitam, dia putih! Lo Flores, dia Cina!”
Gege menatap Mike tajam. “Cinta tuh nggak kenal perbedaan-perbedaan kayak gitu Mike.  Yang dikenal sama cinta tuh rasa. Gue rasa bahagia di deket dia, dia juga begitu...”
“Tapi Bapaknya nggak rasa bahagia lo deketin anaknya!” potong Mike kemudian.
Gege terdiam sejenak. “Nanti juga dia pasti terima. Gue bakalan bikin anaknya bahagia. Mana ada orang tua yang nggak suka anaknya bahagia...” ujar Gege kemudian. Ia tahu dalam hatinya bahwa ucapannya tadi adalah salah satu doanya.

Dan semenjak itu, setiap hari Gege datang mengunjungi Gina. Mengajaknya menari, bernyanyi berdua, menemani Gina di rumah sakit. Gina sangat bahagia. Tak pernah ia punya semangat hidup sebesar ini sebelumnya. Tak pernah ia bisa tertawa sebebas ini sebelumnya. Dan melihat Gina tertawa adalah kebahagiaan bagi Gege.

“Kamu pucat, tapi mata kamu menyala-nyala. Seperti api di atas laut.” ucap Gege ketika ia sedang menemani Gina cuci darah. Gina tersenyum. Sama sekali ia tak merasa sakit ataupun mual tiap kali Gege menemaninya.
“Mana mungkin ada api di atas laut. Apinya pasti mati dong...” ujarnya sambil tertawa.
“Kalau api di mata kamu nggak akan pernah mati. Makanya kamu indah.” ujar Gege dengan serius. Gina terdiam dan tersenyum.
“Kalau aku mati... Kak Gege harus janji nggak akan sedih yaa” ujarnya kemudian. Gege mengernyit tak suka.
“Kenapa kamu ngomong begitu? Udah ngomongin yang lain aja.”
“Aku serius. Kalau aku mati, Kak Gege harus terus menari. Yah?”
“Aku pulang aja ah.” ungkap Gege dengan kesal.
Gina menarik tangan Gege. “Iya deh iya... Uh, gitu aja ngambek!”
Lalu seketika Gina teringat akan sesuatu. Ia segera menyerahkan sebuah kotak pada Gege. Gege tertegun.
“Apa ini?”
“Buka aja”
Gege membukanya. Sebuah topi berwarna kuning tergeletak di dalam kotak itu. Gege tersenyum. Gina mengambilnya dan memasangkannya pada Gege. Mereka saling berpegangan tangan begitu erat.

Yang tak diketahui oleh Gege, adalah tepat pada saat itu, seorang pria setengah baya mengamati di kejauhan dengan wajah penuh emosi. Pak Richard, ayah Gina, sama sekali tak menyukai kedekatan Gege dengan putrinya. Sehari kemudian, saat Gege datangi Gina di rumahnya, petugas keamanan mengusirnya.

“Kenapa?” tanya Gege penuh kebingungan. “Saya ‘kan sudah sering kesini?”
“Saya cuma jalanin perintah aja. Tolong pergi.” ujar petugas keamanan itu lagi.

Tak terima dengan pengusiran itu, Gege menelpon Gina. Tapi bukannya suara manja Gina yang didengarnya, melainkan suara berat dan tegas dari Pak Richard.

“Tolong jauhi putri saya. Saya tidak suka kamu. Sekali lagi kamu datang, saya akan telpon Polisi.” Klik.

Polisi? Dia pikir aku penjahat apa? Aku cinta anakmu, bukannya ingin melukainya. Aku ingin menjaganya, aku ingin mencintainya, aku ingin bersamanya. Apa salahnya?

Kegelisahan membawa Gege kembali datang, tapi ia selalu kembali ditolak. Kali ini tak lagi bisa ia menghubungi Gina. Jangankan bicara, melihatnya saja sudah tak lagi bisa.

Tuhan, aku ingin bertemu dengannya sekali lagi. Sekali lagi saja. Biar aku tahu kalau dia baik-baik saja... Tolong aku Tuhan...

Pagi itu Gege datang lagi ke rumah Gina. Ia menunggu di seberang jalan. Hujan pun tak ia hiraukan. Dan Tuhan pun mengabulkan permintaanya. Sebuah mobil keluar dari dalam rumah. Gege bisa melihat Pak Richard yang berada di dalam mobil itu. Rintik yang begitu deras membuat Gege bisa leluasa menyusup melalui pagar elektrik yang masih terbuka dan melewati penjagaan petugas.

Gege memasuki rumah Gina dengan leluasa, karena sepi sekali saat itu. Ia tahu kemana ia harus melangkah, ke sebuah ruangan dengan pintu berwarna kuning. Tangannya yang keriput karena dinginnya air hujan membuka pintu itu. Disana, Gina berbaring di ranjangnya. Separuh rambut menutupi wajahnya.

Perlahan Gege menghampiri sosok yang begitu ia rindukan. Ia bersimpuh di hadapan Gina. Gadis belia itu terkulai lemas, wajahnya lebih pucat dari sebelumnya dan tubuhnya lebih kurus dari sebelumnya. Gege terenyuh. Ia mengusap lembut kening Gina, dan tangan dingin Gege membuat Gina tersadar. Ketika mata itu terbuka, Gege tak melihat api lagi dimata itu. Dengan suara yang lebih lemah dari sebelumnya, Gina memanggil...

“Kak Gege... Kemana aja...?” ujarnya lirih.

Gege tak mampu menjawabnya. Ia begitu sedih melihat kondisi Gina yang seperti ini.
“Kamu... kenapa jadi begini?” tanyanya dengan parau.
“Kak Gege kemana aja?” ujarnya lagi.
“Maafin aku. Aku disini sekarang.” jawab Gege.
“Kak Gege jangan tinggalin aku... Kak Gege udah janji nggak akan tinggalin aku...”
“Iya... Aku disini sekarang. Maafin aku yah... Maafin aku...”.

Apapun yang terjadi, aku nggak akan pergi lagi dari sisi kamu. Aku akan hadapi badai apapun untuk tetap bisa bersama kamu.

Dan badai itupun datang. Pak Richard kembali dan dengan kemarahannya membentak, memaki, mengusir Gege dari kamar itu. Tapi Gina menggenggam erat tangan Gege. Dan Gege juga tak melepaskannya. Petugas keamanan turun tangan, mereka menarik, memukul dan menampar Gege. Badai yang ganas itu memakan korban, dan korban itu adalah Gina, yang tak sadarkan diri dalam pelukan Gege.

Begitu ruang UGD itu tertutup, Gege dan Pak Richard berdiri berhadapan.

“Kamu nggak tau apa yang sudah kamu perbuat! Kamu sudah bahayakan hidup anak saya!” ungkap Pak Richard dengan suara bergetar.

“Saya mencintai anak Bapak.” ujar Gege dengan tegas.

“Saya nggak peduli. Saya cuma ingin anak saya hidup!” kata Pak Richard dengan penuh emosi.

“Saya akan selalu dampingi Gina, Pak. Saya nggak akan kecewain ataupun ngelukain perasaannya. Saya yakin, Gina akan sembuh bersama saya Pak!” ungkap Gege berapi-api.

“Dia akan mati bersama kamu!! Kamu akan membunuh dia!!” bentak Pak Richard kemudian. Gege tertegun.

“Bagaimana mungkin saya membunuh orang yang saya cintain Pak?” suara Gege terdengar bergetar. Pak Richard menatap Gege lekat-lekat. Kali ini dia bicara, dengan suara yang penuh kesedihan, dan meskipun sulit dipercaya, saat ini lebih terdengar seperti memohon...

“Dokter bilang, ginjalnya sudah tidak mungkin lagi berfungsi dengan baik. Kerusakannya sudah begitu parah. Satu-satunya jalan adalah transplantasi. Saya sudah menyiapkan semuanya untuk menyelamatkan dia. Gina harus dioperasi di Shanghai. Tapi dia tidak mau pergi. Dia tidak mau tinggalkan kamu. Dia memilih mati daripada harus pergi... Kamu akan membunuhnya!!” katanya dengan penuh kebencian.

Gege terpaku. Jantungnya seperti berhenti.

Bodoh... Kamu pikir itu benar, Gina? Kamu betul-betul gadis bodoh... Lebih baik aku mati daripada melihat kamu menyia-nyiakan hidup kamu seperti itu... Aku mau api di mata kamu terus menyala...

Pak Richard mendekat, dan kali ini ia benar-benar memohon pada Gege.

“Tolong saya. Gina menolak semua pengobatan apapun. Saya sudah tidak bisa membujuk dia.”
“Saya nggak tau saya harus gimana...” ucap Gege dengan suara tercekat.
“Katakan padanya, kalau kamu tidak mencintainya. Lukai perasaannya, dengan begitu dia akan bersedia untuk menyembuhkan penyakitnya.”

Lama sekali Gege berdiri disitu. Bahkan setelah Pak Richard meninggalkannya, ia masih berdiri disitu, memikirkan semuanya.

Aku tak ingin kehilangan api di mata kamu. Nyala yang seperti api di tengah lautan. Kalaupun aku tak harus bersama kamu, setidaknya api itu masih tetap menyala disitu.

Gege mengangguk. Ia tahu ini akan menyakitkan. Tapi ia harus melakukannya. Ia memasuki ruangan UGD, dan melangkah mendekati sebuah ranjang, dimana disitu terbaring gadis dengan mata yang sudah tidak menyala seperti sebelumnya. Mata itu menatap Gege dengan sisa-sisa kekuatannya, dan senyum yang indah itu tersungging dengan lemah.

Gege mendekat... Tuhan kuatkan hati ini.
Gege menyentuh dengan lembut kening Gina... Tuhan jangan biarkan aku rapuh dihadapannya.
Gege bersimpuh dihadapannya... Tuhan berikan aku kekuatan untuk mengatakannya...

“Gina... Aku pikir kayaknya kita lebih baik nggak sama-sama lagi...”

Gina terkejut. Dengan sisa kekuatannya ia berusaha untuk bangkit. Gege membiarkannya, walaupun hatinya sedih menatap usaha terakhir Gina.

“K... Kenapa?” ujarnya dengan suara parau.

Gege tersenyum. “Aku udah mulai sibuk. Aku nggak bakalan punya waktu lagi buat kamu.”
“Aku nggak papa nunggu kok... Kak Gege nggak usah datang tiap hari, aku bisa ngerti...” kata-katanya kedengaran seperti kepanikan.

Gege terdiam. Kembali teringat ucapan Pak Richard... “Katakan padanya, kalau kamu tidak mencintainya. Lukai perasaannya, dengan begitu dia akan bersedia untuk menyembuhkan penyakitnya.”

Gege menghela nafas. Mulutnya sudah terbuka. Tapi hatinya tak sanggup mengucapkan sepatah kata pun. Ia menatap Gina.

“Maafin aku. Lupain aku.” cuma itu yang keluar dari mulut Gege. Dan dengan cepat Gege membalikkan badannya. Gege meninggalkan Gina yang masih terkejut dengan ucapan Gege. Dan air mata menetes di pipi Gina.

Dan beberapa hari kemudian Pak Richard menelpon, berterimakasih padanya yang telah melukai perasaan putrinya.

“Terimakasih. Siang ini saya berangkat sama Gina ke Shanghai. Berapapun yang kamu minta, saya akan transfer sekarang juga. Nanti asisten saya yang akan urus semuanya.”

Klik.

Seperti itu juga perasaan Gege saat ini. Seperti terputus dari pijakannya di bumi. Klik.

Tidak mungkin ini terjadi. Aku bukan orang yang lemah. Aku nggak seharusnya mengalah. Ini rasanya nggak benar...

Angin bertiup memasuki ruangan dan menerbangkan topi kuning Gege yang tergeletak di atas meja. Gege tertegun. Ia segera mengambil topi itu dan mengenakannya. Untuk beberapa saat Gege seperti terhipnotis, lalu secepat kilat ia berlari.

Gege berlari meninggalkan kost-kostannya. Ia berlari mendahului semua orang yang menghalanginya. Gege berlari seperti angin. Ia berlari seperti Lumba-Lumba di lautan. Ia berlari seperti menari. Dan tanpa terasa sampailah ia di depan rumah Gina.

Tepat pada saat itu, pagar itu terbuka. Mobil Pak Richard keluar dari dalam rumah. Gege berdiri, sengaja menampakkan dirinya di pinggir jalan. Sinar matahari menerangi topi kuningnya.  

Dari dalam mobil, Pak Richard menatap Gege dengan tatapan kesal dan marah. Gege menatapnya menantang. Tapi mobil tidak berhenti. Gege berlari mengejar mobil. Ia bisa melihat, Gina duduk di bagian belakang mobil, masih tak menyadari kehadirannya. Gege terus berlari mengejar. Hingga sinar matahari memantulkan cahaya kuning dari topi yang ia kenakan, ke jendela bagian belakang.

Gina tertegun. Ia menatap keluar jendela. Ia bisa melihat Gege. Gina terkesiap.

“Ginaaa!!!” teriak Gege sambil berlari. Gina terpengarah. Mata di wajah yang pucat itu sekarang kembali menyala. Gina tersenyum. Ia membuka jendela lebar-lebar.

“Gina!!” bentak Pak Richard. Tapi Gina tak mempedulikan bentakan ayahnya. Ia mengulurkan tangannya pada Gege yang berlari mengejar. Gege meraih tangan Gina. Gina tersenyum bahagia.

“Kak Gege... Aku tau Kak Gege nggak mungkin tinggalin aku...” ungkapnya dengan penuh ceria.

Gege tersenyum sambil berlari. Tapi mobil semakin lama semakin cepat melaju. Genggaman tangan Gege dan Gina semakin lama semakin kencang karena jarak yang semakin kuat untuk memisahkan.

“Kak Gege... Janji tetap menari yaaahh!!” teriak Gina. Tepat pada saat itu genggaman tangan mereka berdua terlepas. Gege berusaha untuk kembali mengejar, tapi uluran tangan Gina semakin menjauh.

Gege tak sanggup lagi berlari. Mobil semakin kencang, meskipun Gina masih terlihat melongok keluar jendela sambil melambaikan tangan ke arahnya.

Itu adalah terakhir kali Gege melihat Gina, gadis dengan wajah pucat dan mata menyala, seperti api di tengah lautan.

Sekarang, Gege kembali menatap keluar jendela. Ia baru saja kehilangan separuh hatinya. Dan bukan oleh pengkhianatan, tapi oleh sesuatu yang lebih kuat dari itu. Operasi itu tak berhasil. Gina tak akan kembali lagi.

“Kak Gege... Janji tetap menari yaaahhh!!”

Gege menunduk dalam-dalam.

“Kalau nggak diucapin, itu belum jadi janji!”

Gege mengangkat wajahnya dan bertekad... “Aku janji akan tetap menari. Aku janji.”
Gege mengenakan topi kuning itu. Ia bergegas mengambil handphonenya. Ia membuka sms yang tadi masuk dan belum sempat dijawabnya.

Isi sms itu: Ge, personil NSG STAR ada yang mengundurkan diri. Mau nggak lo gantiin?

Gege menjawab sms itu: Mau. Gue berangkat sekarang!


BERSAMBUNG

MENGGAPAI LANGIT - Part 1

-Anggara-


Siang yang terik. Panggung itu masih kosong. Penontonnya pun jarang. Bahkan bisa dibilang, tidak ada satupun yang berdiri, berhenti hanya sekedar untuk mencari tau siapa yang akan masuk mengisi panggung sebentar lagi. Mereka semua tahu, nama-nama besar yang ada disitu tidak mungkin tampil di jam-jam ini.

Anggara berdiri di samping panggung, menatap ke arah sekerumunan orang yang baru saja berhenti di depan panggung. Apakah mereka yang akan mendengarkan aku bernyanyi, harapnya dalam hati. Salah satu dari orang-orang itu berdiri di panggung, lalu berpose lucu, dan teman-temannya memotretnya. Mereka tertawa-tawa. Anggara tersenyum menatap mereka. Tapi senyum itu langsung pudar begitu Mas Ken mendorong bahunya pelan. "Ayo Anggara! Cepat naik!" ujarnya dengan suara yang serak. Seharian mengurus acara membuatnya kehilangan kesabaran. "Iya Mas..." ujar Anggara tanpa ragu, dan langsung melangkah menaiki panggung.

Seketika orang-orang yang tadinya bermain-main di panggung langsung terkejut begitu melihat kehadiran Anggara. Untuk beberapa saat mereka tertegun. Anggara memberikan senyumannya. Tapi senyuman itu tak berbalas. Mereka hanya mendengus pendek, lalu turun dari panggung dan bergegas menuju ke keramaian lain. Anggara menghela nafasnya. Bukan karena kecewa. Sudah terlalu sering dan terbiasa ia tak mendapatkan perhatian apa-apa. Penampilannya memang jauh dari segala hal yang keren. Celana jeans yang ia kenakan sudah berulang kali robek dan dijahit lagi. Kemejanya biru, dan warnanya sudah mulai pudar. Wajar kalau orang-orang tak menganggapnya penting.

Anggara melangkahkan kaki ke tengah panggung. Orang-orang tetap berjalan bersliweran di sekitar panggung. Anggara tak berani berharap akan ada yang meneriakkan namanya. Ia hanya berharap mereka mau mendengarkan suaranya, sekedar menoleh dan memberikan tepuk tangan di akhir lagunya. Karena itu Anggara menarik nafasnya dalam-dalam. Ia dekatkan mic ke bibirnya.

Suasana sekitar ramai. Stand-stand makanan dipenuhi oleh pengunjung.
"Selamat siang semuanya... Selamat datang di acara Fun with Awesome Tea!"
Tak ada yang menoleh apalagi berhenti.
"Saya akan membawakan satu lagu untuk semuanya yang ada disini.."
Seorang anak kecil menangis karena terjatuh. Ibunya sibuk menenangkannya.
"Judulnya, Sempurna... dari Andra and the Back Bone..."
Musik mulai mengalun. Beberapa orang menoleh, tapi sambil berjalan.

Anggara mulai bernyanyi...
Kau begitu sempurna, dimataku kau begitu indah, kau membuat diriku akan slalu memujamu, di setiap langkahku, ku kan slalu merindukan dirimu, tak bisa ku bayangkan hidupku tanpa cintamu. Janganlah kau tinggalkan diriku, takkan mampu menghadapi semua, hanya bersamamu ku akan bisa... Kau adalah darahku, kau adalah jantungku, kau adalah hidupku, lengkapi diriku, oh sayangku kau begitu... Sempurna...

Suara Anggara menggema mengisi ruang-ruang yang terbuka. Mengalun mengalir begitu saja dari speaker-speaker hitam yang mengarah ke penjuru lapangan. Seorang pria berhenti makan dan mulai mencari arah suara. Seorang gadis muda berhenti tertawa dan menatap ke arah panggung. Anak kecil yang tadi menangis berhenti dan mulai mendengarkan.

Sekarang semua mata menatap ke arah panggung. Menatap pemuda bertubuh kurus yang berdiri menggenggam mic dan bernyanyi dengan syahdu. Musik terus mengalun. Mas Ken yang sedang sibuk menelpon seorang artis yang seharusnya sudah sampai tapi belum datang juga sempat melirik ke arah Anggara. Ia tahu, ia akan selalu bisa mengandalkan Anggara, dan kemudian kembali mencoba menghubungi nomer handphone manager sang artis.

Anggara sendiri telah melupakan semua yang ada di sekitarnya. Ia hanya ingin bernyanyi, menyuarakan isi hatinya. Terbayang olehnya wajah seorang gadis. Wajah seorang yang telah lama sekali tak pernah lagi ia temui. Seseorang yang telah begitu dalam menyentuh hatinya. Seseorang yang baginya sangat sempurna, namun sempurna yang bukan miliknya lagi. Seseorang yang telah meninggalkan dirinya untuk orang lain yang menurutnya lebih sempurna daripada dirinya. Anggara terus bernyanyi, untuk kenangan itu. Untuk kenangan yang tidak mungkin kembali padanya.

Tanpa terasa, tiga menit berlalu sudah. Dan Anggara mengakhiri lagu itu dengan sempurna. Tapi kesadarannya masih belum kembali ke panggung. Ia masih berada di dalam lagu itu. Sempurna. Mungkinkah ia menjadi sempurna? Mungkinkah ia memiliki sesuatu yang sempurna? Bolehkah seseorang seperti dirinya berharap? Mungkinkah...?

Tiba-tiba terdengar suara satu tepuk tangan.
Mungkin aku cuma bermimpi.
Di sisi lain terdengar lagi satu tepukan menyambut tepukan yang sebelumnya.
Mereka mungkin sedang menyoraki orang lain.
Dan tepukan lain menyahuti, dan yang lain lagi menyahuti, dan lama kelamaan, terdengar suara tepuk tangan dimana-mana. 

Anggara mengangkat wajahnya. Dan ia melihat, beberapa orang, berdiri di dekat panggung, memberikan tepuk tangan padanya sambil tersenyum. Anggara tersenyum.

"Terimakasih" ujarnya dengan perasaan bahagia.

Mereka yang bertepuk tangan, walaupun cuma kurang dari 10 orang, masih terus bertepuk tangan. Momen ini adalah momen yang paling berharga baginya. Lebih berharga daripada momen manapun. Anggara mengangguk, lalu membalikkan badannya. Ia menuruni panggung dengan hati senang.

Mas Ken sudah menunggunya di bawah panggung dan mengambil mic darinya.

"Makasih Anggara. Mereka suka tuh sama kamu." kata Mas Ken sambil menepuk bahu Anggara.
"Aku yang makasih Mas. Lain kali ajak lagi yah?"
"Jangan khawatir. Selama kamu mau aja nyanyi nggak dibayar, pasti aku ajak terus."
"Yang penting bisa tampil Mas. Aku butuh pengalaman."
"Okey, okey. Sekali lagi, makasih yah Ngga."

Lalu Mas Ken memberikan secarik kupon.
"Nih, kupon buat makannya."
"Okey Mas Ken. Makasih ya..."

Setelah Anggara menerimanya, Mas Ken meninggalkannya. Anggara menatap kupon di tangannya. Ia memang sudah lapar dari tadi. Anggara menghampiri satu stand makanan, tempat ia bisa menukarkan kupon itu. Tiba-tiba seseorang menarik lengannya...

Anggara menoleh. Seorang gadis berdiri di hadapannya dengan wajah ceria.

"Ngga!!"
"Rika!"

Rika langsung memeluknya.

"Akhirnya ketemu juga sama elo! Ya ampun, gue kangen banget tauk!!" ujarnya sambil melepaskan pelukannya. Anggara seperti masih belum selesai dengan kagetnya. "Lo kemana aja sih Ngga?" tanya Rika setelah itu. Anggara tersenyum. Berangsur-angsur kesadarannya sudah kembali.

"Nggak kemana-mana. Biasa lah, cari panggung." ujar Anggara dengan malu-malu.
"Lo tega banget sih, pergi begitu aja, nggak ngasih-ngasih kabar..." ucap Rika kesal.
"Ah, lo 'kan orang kaya, mana mungkin ngefek kehilangan orang kayak gue..." Kata Anggara sambil bercanda. Seperti yang sudah ia perkirakan, Rika langsung cemberut dan mencubitnya.
"Iiiihh!! Awas yah Ngga!! Enak aja ngomong begitu ke gue!!" Dengan sengaja Anggara menahan sakitnya. Rika makin kesal, tapi kemudian melepaskan cubitannya.
"Ih! Jadi orang nyebelin banget sih lo!" kata Rika dengan kesal.
"Hehehe... emang. Lo ngapain disini? Nyanyi?"
"Enggak." Tapi kemudian Rika mengernyit tak percaya. "Emangnya lo nggak tau?"
Sekarang Anggara yang jadi bingung. "Nggak tau apa?"
"Ini 'kan acaranya Mas Dion!"

Nama itu... Akhirnya keluar juga dari bibir Rika. Anggara terpaku. Pria sempurna dimata gadis yang sempurna bagi Anggara.

"Oh..." Cuma itu kata-kata yang bisa keluar dari mulut Anggara.

Rika mulai belingsatan menoleh ke kanan dan kirinya. "Mas Dion tuh udah ngatur semuanya supaya gue bisa ketemu lo lagi disini..."
"Tunggu, tunggu... Jadi... Jadi dia yang ngurusin acara ini?"
Rika mengerdip jenaka. "Iya! Jadi Mas Dion suruh orang talent buat cariin elo! Untung si orang talent itu kenal sama elo! Gue seneng banget akhirnya bisa nemuin elo!!"
Anggara menelan ludah.
"Oh... key... Jadi... Begitu. Rika... Gue mau makan dulu yah." ujar Anggara membelokkan pembicaraan. Rika menatap Anggara dan tersenyum.
"Traktir yaaah!! Lo 'kan pasti udah terima honor! Kita makan berdua, kayak dulu!!"
Anggara tertawa. "Honor? Honor apa?"
"Ya honor lo nyanyi lah... Mas Dion bilang honor lo lumayan loohh..."
Anggara terpaku. Ia menatap kupon di tangannya, dan terngiang ucapan Mas Ken sebelum memberikan kupon itu padanya... "Jangan khawatir. Selama kamu mau aja nyanyi nggak dibayar, pasti aku ajak terus."...
Anggara menatap ke arah panggung. Mas Ken ada disitu, sedang bicara dengan seseorang. Mas Ken menatap ke arahnya, lalu melambaikan tangannya. Anggara tak menjawab. Ia hanya mengangguk saja.

"Ngga.. Ayo katanya mau makan?" ucap Rika menyadarkan Anggara. Anggara menatap kupon di tangannya lagi. Ia menyodorkan kupon itu pada Rika.
"Ini..." Rika tertegun bingung. "Buat kamu aja." kata Anggara sambil menyerahkan kupon pada Rika. Rika mengambilnya. Dan Anggara langsung membalikkan badannya, pergi meninggalkan Rika begitu saja. Rika termangu bingung. Ia mengejar Anggara.
"Ngga...? Lo kenapa?" ujarnya sambil menyelaraskan langkahnya dengan Anggara. Anggara tak menjawab, ia hanya menatap Rika sambil tersenyum kecut. Bukannya berhenti, Rika malah makin penasaran.
"Ngga!! Anggara berhenti!"
Dan langkah Anggara pun terhenti. Perlahan-lahan ia membalikkan badannya, dan menatap Rika yang berdiri di belakangnya.
"Rika, aku minta kamu jangan pernah lagi cari aku." ucap Anggara perlahan tapi tegas.
Rika terkejut. "K... Kenapa?"
"Kamu tau kenapa." sahut Anggara cepat. Rika terpengarah.
"Teganya kamu ngelupain apa yang pernah terjadi diantara kita, dan bersikap seolah-olah aku bisa memaafkan pengkhianatan yang sudah kamu lakuin ke aku. Kamu sudah memilih, dan aku yang terbuang."
"Aku masih sayang sama kamu Ngga..." kata Rika dengan suara yang mulai parau. Anggara menghela nafas, lalu bicara dengan nada yang sangat tenang.
"Aku hargain perasaan kamu. Tapi berhenti berusaha paksain aku buat terima semua itu. Bilangin Dion, makasih udah undang aku nyanyi disini. Kalau dia berani terbuka datengin aku dan minta sendiri ke aku, dia nggak usah susah payah bayar aku pake kupon makan. Aku nggak papa kok nyanyi gratis. Anggap aja hari ini tadi aku ngasih hadiah pernikahan kalian. Okey?" Anggara membalikkan badan, tapi Rika menahannya.
"Bayar pake kupon? Nggak mungkin..." Anggara langsung memotongnya, "Kamu tanya aja langsung ke Mas Ken, orangnya ada disitu. Dia yang kasih kupon itu ke aku. Selamat tinggal Rika."
Anggara langsung membalikkan badannya dan melangkah dengan cepat menjauhi Rika. Sementara Rika kebingungan, menatap kupon di tangannya, dan melihat ke arah Mas Ken yang masih sibuk sendiri di dekat panggung.

Anggara terus melangkah menjauh, tak mempedulikan semua yang ada di sekitarnya. Sekali dua kali ia menubruk orang yang lewat, tapi ia tak merasakan apa-apa. Cuma rasa sakit di hatinya saja yang mengambil alih semua indera perasa di dirinya. Sakit seperti diterjang berjuta jarum, begitu pilu dan begitu perih. Dalam hatinya ia bertanya, kenapa? Kenapa harus ia alami lagi sakit hati ini? Sampai berapa lama lagi harus mampu ia kuatkan diri.

Anggara terus melangkah. Makin lama makin menjauh, dan makin menjauh. Langkah yang dibawa oleh amarah dan kekecewaan. Sampai-sampai tak peduli lagi ia dengan kemana ia melangkah, bahwa mobil-mobil yang melaju pesat mengklakson sambil memaki dirinya yang menyeberang tanpa menoleh kanan dan kiri. Anggara terus melangkah dengan tak peduli ketika sebuah motor mengerem mendadak dan hampir saja menabraknya.

Dan akhirnya ia berhenti di seberang jalan. Ia berdiri terpaku.

Ya Allah, aku harus mengakhiri semua ini. Berikan aku jalan. Tunjukkan aku jalan keluar...

...
...
...

Tiba-tiba handphone Anggara berbunyi. Ia mengambilnya dan melihat, sebuah pesan masuk. Anggara membacanya;

Maaf BM: Dibuka audisi boyband, khusus buat cowok, usia 17-25 thn, diutamakan yang bisa menyanyi dan menari. Segera hubungi 087878072197 untuk informasi lebih lanjut.

Anggara menatap ke atas langit... Alhamdulillah... Mudah-mudahan ini jalanMu.


BERSAMBUNG

Sedih sekali baca wall malam ini :( by RyanNsgStar

oleh NSG STAR pada 07 Juni 2011 jam 23:08


Suatu hari pernah Surya Lee marah banget sama aku. Gara-garanya sepele banget. Kita lagi berangkat menuju ke suatu tempat untuk lihat panggung. Karena Surya Lee bawa motor dan kepingin pulang begitu habis selesai lihat panggung. Waktu di jalan, Surya Lee nyasar dan akhirnya berhenti di sebuah warung. Waktu itu hujan, dan Surya sempat kehujanan. Begitu sudah berteduh, dia telpon aku untuk tanya ancer-ancer arahnya kemana. Kebetulan waktu itu aku juga nggak tau dimana kita berada. Waktu aku angkat telpon dari Surya, aku langsung bilang, "Ini.. Ini.. Ngomong aja sama Mba Lintang". Surya langsung tersinggung. Karena dia belum sempat selesein omongannya. Dan aku juga kedengeran seperti malas bicara sama Surya. Waktu akhirnya kita berdua ketemu, pertengkaran akhirnya pun terjadi. Habis itu diem-dieman. Aku kesel banget, kenapa sih dia kok gitu aja pake marah. Aku 'kan ngga tau jalan. Lagian aku juga ngga bermaksud buat kasar, kan lebih gampang kalo langsung ngomong sama orang yang tau. Harusnya dia tau dong kalo aku ga niat untuk gimana-gimana sama dia. Tapi lama-lama aku mikir, aku juga salah sih. Kenapa aku ngga ngomong yang enak. Dan kenapa aku langsung main oper aja telpon ke mba Lintang. Padahal Surya udah kehujanan, dan sempet-sempetnya juga (ternyata) dia beliin roti buat aku. Darisitu aku belajar, kadang orang suka salah paham sama sikap orang. Tapi mungkin aku juga harus introspeksi, kalau aku harus menghargai pandangan orang lain. Habis itu Surya sempet ngambek, tapi ngga lama. Terus kita baikan lagi.


Superstars, itu bukan pertengkaran yang pertama, tapi juga bukan pertengkaran yang terakhir. Kita; aku, Anggara, Gege dan Surya sering banget berantem. Tapi dalam hati kita, kita tau, kita akan bersama-sama untuk selama-lamanya. Sambil menjalani kebersamaan ini, pasti bakalan ada pertengkaran-pertengkaran lainya. Makanya, kita sepakat, kalo ada satu masalah apapun, kita bakalan selesaikan secepatnya, bicarain langsung secara terbuka.


Sedih sekali baca wall malam ini... Ayo semuanya baikan yaaa... :)


RYAN NSG STAR

5 Juni 2011 - Inbox SCTV - Manggarai

Sebenernya sebelum tampil, NSG Star Dance Battle dulu sama Max 5 :). Tapi video nya gak ada jadi lihat perfrom nya aja ya ^^




Vote Untuk Superstars

NSG Star ingin membuat meet and greet untuk promo album dalam waktu dekat ini. Berapa sih jumlah Superstars di kota ini: (Polling ditutup tanggal 9 Juni 2011)
Vote Di SINI

Thursday, June 2, 2011

2 Juni 2011 - Acara Music Special Akhir Sekolah ANTV

Battle dance with 7icons, keren banget. Coba lihat ya


Dan, ini dia perfrom nya membawakan single Rapuh yang masuk ke dalam album mereka.

Wednesday, June 1, 2011

MINI KONSER

Mini Konser NSG STAR akan memasuki masa persiapan. Team NSG STAR akan menyusun konsep dan membuat timetablenya. Perlu diketahui, Mini Konser ini bukanlah seperti Gathering with Superstar. Disini akan ada konsep panggung, kostum design, tata lighting, visual backdrop, performance yang dikoreography-kan dan bukan tidak mungkin NSG STAR akan mengajak semua musisi yang pernah featuring dengan NSG STAR. Bisa dibilang seperti konser pada umumnya, tapi karena Venue-nya kecil karena itu disebut sebagai "mini" konser. Untuk itu, bisa dipastikan akan ada tiket yang diperjual belikan oleh Team NSG STAR.


Berapa harga tiketnya? Kami belum akan bisa memberikan informasi sekarang. Yang jelas, NSG STAR tidak akan membuat kalian kecewa dengan uang yang sudah kalian keluarkan. Sebagai persiapan, barangkali kalian boleh mulai menabung dari sekarang. Akan ada 2 macam tipe tiket:
a. PLATINUM STAR
b. GOLD STAR
Beda antara keduanya, kalau Platinum Star bisa punya access ke backstage. Untuk yang Platinum Star bakalan limited jumlahnya tapi lebih mahal harganya.


Untuk waktu, kemungkinan besar kami tidak jadi membuatnya di bulan Agustus, karena bertepatan dengan bulan suci Ramadhan. Waktu yang saat ini sedang dipertimbangkan adalah di bulan November.

Sekian info dari kami, terimakasih atas perhatiannya.


From Facebook NSG Star

Makasih ya udah mampir ^_^
online counter

About Me

My Photo
Superstar
Keajaiban akan datang pada mereka yang mempercayainnya.
View my complete profile